Ananda Sukarlan Award 2025 Torehkan Sejarah Baru Musik Klasik Indonesia
TECHNO NEWS | JAKARTA - Konser pertama 3 (tiga) orang pemenang Ananda Sukarlan Award 2025 baru berlangsung Rabu 16 Juli kemarin di Bimasena, The Dharmawangsa Hotel.
Konser ini juga adalah meresmikan bergabungnya Ananda sebagai Board of Social Bimasena, dalam bidang Art and Inclusivity.
Tiga orang itu adalah Wirawan Cuanda - bariton (juara 2 Tembang Puitik), Andreas - pemain biola (juara 3 instrumen gesek) dan Michael Anthony Kwok - pianis (juara utama ASA 2025).
Ada yang sangat istimewa di Kompetisi Ananda Sukarlan Award (ASA) 2025, Minggu 13 Juli lalu.
Michael Anthony Kwok adalah seorang pianis muda Tanah Air yang telah disebut sebagai "jenius" oleh Ananda Sukarlan. Michael adalah juga penyandang tunanetra dan autisme.
Kendati demikian, Michael Anthony berhasil memenangkan ASA tahun ini, ajang musik klasik paling bergengsi di tanah air tersebut.
"Saya tidak mengumbar istilah 'jenius', dan saya memang pelit memberi nilai kalau duduk sebagai juri. Namun, ini pertama kalinya saya memberikan nilai 98 kepada seorang kompetitor. Itu pun karena saya anggap, nilai 99 hanya untuk Lady Gaga, dan nilai 100 adalah untuk Tuhan yang maha sempurna", kata Ananda yang masuk daftar 100 tokoh seniman Asia paling berpengaruh tahun 2020 “Asian Most Influential (AMI)” oleh grup media Mobiliari Group lewat majalah Tatler Asia.
Untuk itu, Michael Anthony Kwok mendapatkan beasiswa penuh untuk kursus musim panas di Perancis tahun depan, yang mencakup tiket pesawat p.p, uang saku dan uang sekolah, atas sponsor Institut Francais d'Indonesie yang sejak 2014 telah memberikan fasilitas ini untuk para pemenang ASA.
Dengan kemenangan ini, Michael berhasil melawan keterbatasan dan membuktikan bahwa kekurangan bukanlah suatu halangan untuk menggapai cita-cita.
Selain itu Ananda berencana untuk menciptakan karya baru untuk piano solo yang sangat virtuosik, "mungkin Rapsodia Nusantara baru", kata sang maestro, yang didesain sesuai teknik dan karakter permainan, serta didedikasikan untuk Michael Anthony Kwok. Hal ini telah menjadi tradisinya untuk para pemenang ASA, sehingga mereka memiliki aset atau material untuk konser-konser atau kompetisi mereka di mancanegara untuk menunjukkan identitas dan keunikan mereka, selain menunjukkan virtuositas dan nilai artistik. Memang tepat yang ditulis oleh Sydney Morning Herald bahwa Ananda adalah "one of the world's leading pianists, at the forefront of championing new piano music" karena Rapsodia Nusantara itu kini menjadi repertoire dari ratusan pianis dari berbagai negara.
Pemerintah Perancis melalui IFI memang sangat mendukung Ananda Sukarlan Award sejak 2014, dengan memberikan beasiswa untuk pemenang utamanya untuk mengikuti masterclasses musim panas (summercourse) di Perancis. Selain itu, akan ada 3 musikus Perancis yang tergabung sebagai Trio Saint-Saens ( yang mengunjungi Indonesia bulan September nanti, dan pemenang ASA lainnya difasilitasi untuk mengikuti masterclasses dari mereka. Mereka adalah pemain biola Eric Lacrouts, pemain cello Fabrice Loyal dan pianis Jean-Baptiste Fonlupt.
Australian Institute of Music pun memberi beasiswa kuliah untuk dua pemenang ASA lainnya sejak edisi 2025 ini. Minggu depan Ananda Sukarlan juga akan ke Institut musik bergengsi di Sydney ini sebagai Composer in Residence, dimana para mahasiswanya mempelajari karya-karya sang maestro Indonesia yang telah menerima penghargaan sipil tertinggi dua negara Eropa, "Cavaliere Ordine della Stella d'Italia" dari Presiden Sergio Mattarella dan juga "Real Orden de Isabel la Catolica" dari Raja Spanyol, Felipe VI ini.
Uniknya, para pemenang ASA edisi-edisi sebelumnya banyak yang hadir di babak final ini, yaitu para pianis Inge Buniardi (ASA 2008), Dr. Edith Widayani (ASA 2010), Randy Ryan (ASA 2012) dan Joshua Victor (ASA 2018), sehingga mereka pun kemudian diundang ke panggung oleh Ananda Sukarlan sebagai ketua juri untuk menyerahkan Piala Bergilir Ananda Sukarlan Award yang bersejarah tersebut. (TB)